Sabtu, 01 Mei 2010

Money Politik, Black Campaigne, Anarkisme = Kekuasaan?

Banyak dari kita yang akan bilang saat ditanya tentang politik “saya benci politik”, “saya tidak suka politik”, “f@#k politik” dan apapun ungkapannya yang intinya bahwa politik itu cenderung kotor. Sebenarnya saya bukanlah salah satu orang yang sangat tertarik dengan politik tapi apapun pilihan kita secara tidak langsung kita memang sudah berpolitik. Mungkin saja di profil FB kita kadang di pandangan politik di isi netral dan memang itulah cara kita berpolitik dengan memilih GOLPUT/ netral. Suka atau tidak kita sudah berpolitik mungkin tidak terjun dalam politik praktis.

Tertarik menulis artikel ini berawal dari cerita dan share dengan seorang “teman” tentang situasi PILKADA di daerahnya. Kondisi yang sudah kurang kondusif, atmosfir yang tidak lagi bersahabat bahkan tiap mata yang memandang seakan-akan penuh dengan rasa curiga. Mulai dari money politik (variabel ini sulit dilepas), black campaigne hingga tindakan yang sudah jelas menjurus ke tindakan criminal. Hal ini bisa saja menimbulkan chaos yang berujung pada anarki. Anarki bukanlah keadaan dimana hukum tidak berlaku tetapi anarki terjadi karena memang hukum sudah tidak diperlukan karena tak adanya kepercayaan pada pemimpin tentu hal ini menjadi bibit terjadinya chaos. Kosong kekuasaan.

Hanya “setingkat” PILKADA kita rela menyikut teman, kawan dan saudara sendiri mungkin saja teman yang pernah berbagi makanan dengan kita. Nurani kita sebagai manusia semakin jelas sudah dipinggirkan, sikap-sikap primitive jauh dari peradaban manusia modern lebih di kedepankan. Beda pendapat tidaklah bisa dijadikan alasan untuk saling berseberangan. Bahkan saat saya mendengar cerita “teman” saya bahwa cara-cara yang digunakan sudah jauh dari asas demokrasi dan cenderung memaksakan pendapat, lalu untuk apa adanya PEMILU jika suara kita di kebirikan. Langsung saja tunjukkan pemimpinnya dan tidak perlu malu di sebut diktator daripada harus sembunyi dalam topeng “demi demokrasi” tapi cara yang digunakan adalah diktator. Masih ada saja oknum-oknum yang belum dewasa juga dalam berpolitik. Benar adanya bahwa kita tidak merdeka di negara yang katanya sudah merdeka.

Mari tanyakan pada sang jagoan “apa motivasi untuk menjadi seorang pemimpin”. Karena saya akan mengentaskan kemiskinan, memberi pelayanan kesehatan gratis, pendidikan gratis, membuka lapangan kerja, bla…bla…blaa… Huaaghhs (maaf saya mau muntah dulu) jawabannya standar dan klasik banget. Apa hanya dengan menjadi seorang pemimpin mereka baru bisa melakukan semua itu padahal tanpa harus menjadi seorang pemimpin mereka yang mencalonkan diri bisa melakukan hal yang jauh lebih konkret dan nyata-nyata bisa langsung di rasakan rakyat. Sudah menjadi rahasia umum bahwa dana yang dikeluarkan oleh sang jagoan saat kampanye tidaklah sedikit. Saat mereka sudah goal dan menjadi pemimpin apa masih ada slogan-slogan kampanye itu. Orientasi mereka rata-rata jika sudah berada diatas adalah (maaf) balik modal. Masalah perut rakyat yang kelaparan “ah..nanti dulu lah”.

Jika saja modal kampanye itu digunakan untuk perbaikan sekolah, menyumbang untuk rumah sakit, sebagai modal UKM langkah nyata mengurangi pengangguran, angka kemiskinan, dan lain-lain sudah nyata. Atau hal labih bijak adalah menyumbang ke saya, pastinya saya pake buat menjemput kekasih hati (haaahaa……………hhaaahahaaa).

Kita di bawah sebagai rakyat ngotot-ngototan untuk bisa meng goalkan sang jagoan, padahal ada hal bisa kita lakukan dan lebih penting yaitu memikirkan orang-orang terdekat kita. Indahnya bila kita bisa hidup damai maski cara kita berbeda tapi bisa berdampingan dengan rukun menciptakan sebuah harmoni yang indah. Pelangi tak akan indah bila hanya satu warna saja, warna-warni tersebut berdampingan dan tercipta pelangi yang indah. Oh indahnya bila kita bisa demikian.

Sebenarnya masih banyak yang ingin saya bahas dan tulis tentang carut marut negeri ini serta sistem birokrasi yang ynata-nyata masih belum di benahi tapi saya sudah kehabisan perbendaharaan kata. Dan tentu saja yang akan saya tulis berikutnya juga pasti yang itu-itu saja sudah jelas anda akan bosan nantinya. Karena bukan sekali ini saja saya menulis tentang kebobrokan yang masih terjadi. Saya hanya mencoba jujur tapi mungkin ada yang bilang terlalu berani (mungkin saja blog ini akan di black list, dilaporkan dan kemungkinan terburuk mungkin di tutup:(, smoga tidak). Seperti judul blog saya ini cazhrax (teriak; saya bisa teriak apa saja disini karena di blog sebelah saya gak mau)

Saya juga prihatin dengan kondisi pendidikan di kota pendidikan (ironis) di tulisan ini. So itu saja karena saya kehabisan kata-kata untuk menulis tentang semua isi kepala saya yang menggangu mungkin saja mengganggu anda juga.

Damailah negeriku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar